Sudah hampir dua tahun aku berada disini. Di satu tempat yang mungkin bisa dibilang cukup aneh, kotor, becek, dan terlalu banyak tanamannya. Bahkan ada banyak sekali binatang, baik kecil maupun sedang, yang sering berkeliaran. Di satu tempat yang ada banyak orang dengan berbagai karakter. Dewasa dan anak-anak. Dan aku berada di dalamnya. Ya.. kusebut tempat itu sebagai rumah kedua.. Jingga.. Sekolah Alam Jingga..
Sekali lagi.. tak terasa sudah hampir dua tahun aku berada
disini bersama mereka. Bersama para tim pendidik dan bersama anak-anak hebat.
Ya.. anak-anak hebat. Anak-anak yang sebelumnya tak pernah ku temui. Tak pernah
mengenal mereka darimana, siapa mereka, dari keluarga mana, bagaimana tingkah
lakunya... dan banyak dan lainnya lagi... bahkan ada banyak hikmah yang didapat
bersama mereka, anak-anak hebat, daripada bersama tim pendidik.. :)
Satu moment yang sampai saat ini tak pernah ku lupa.. satu
moment yang berharga.. yaitu saat bertemu mereka di pagi hari. Bertemu di awal
waktu kedatangan mereka di sekolah. Baru saja aku sampai di depan sekolah untuk
parkir kendaran pribadiku si hijau, mereka sudah menyapa.. “Bu daniiiiiiisssss...”.. it’s amazing feelling..
Seketika itu juga permasalahan yang menggelayut selama di rumah pertama dan
selama perjalanan menuju sekolah menjadi hilang.
Satu waktu, di moment berharga itu, ada seorang anak yang memberikan sebuah cerita kepadaku. Bukan cerita sebenarnya, tapi dia mengadu kepadaku tentang sikap temannya, si X. Saat itu, aku baru saja tiba di kelas. Aku mengambil penghapus untuk menghapus tulisan di papan tulis. Tiba-tiba saja ada seorang anak perempuan berperawakan gemuk dan seorang temannya mendekatiku dan menarik bajuku.
Satu waktu, di moment berharga itu, ada seorang anak yang memberikan sebuah cerita kepadaku. Bukan cerita sebenarnya, tapi dia mengadu kepadaku tentang sikap temannya, si X. Saat itu, aku baru saja tiba di kelas. Aku mengambil penghapus untuk menghapus tulisan di papan tulis. Tiba-tiba saja ada seorang anak perempuan berperawakan gemuk dan seorang temannya mendekatiku dan menarik bajuku.
“Bu... Bu danis..” panggil ila sambil cemberut dan
menggandeng temannya
“Ya ila.. kenapa?” tanyaku
“Bu masa’ ya tadi aku minta maaf sama dia.. tapi dianya ga
mau maafin bu..” ungkap ila sambil menunjuk si X.
“Nggak bu... aku udah maafin kok..” sanggah si X sambil
mendekatiku
Saat itu aku masih mendengarkan aduan mereka dn menghentikan
aktifitasku menghapus tulisan di papan tulis. Agak bingung aku menatap mereka
satu per satu, sambil memahami kalimat aduan mereka.
“Nah ila.. itu si X udah maafin katanya..” komentarku
“Nggak bu.. belum” kata ila
“Loh.. darimana kamu tau kalo X belum maafin kamu? Tadi kan
dia sudah bilang kalo dia maafin kamu..” kataku lagi sambil mengernyitkan dahi
dan penasaran menunggu jawaban ila.
“Dia belum maafin bu, belum ikhlas.. itu buktinya dia masih
cemberut. Pas aku minta maaf dia nggak senyum..” jelas ila.
Deg.. aku kaget saat itu juga..
Masyaa Allah.. aku benar-benar tidak menyangka kalimat itu
keluar dari mulut seorang anak berumur tujuh tahun. Anak yang masih duduk di
kelas 1 SD bisa mentakan hal itu. itu adalah penjelasan sederhana. Ya.. sangat
sederhana. Bahkan mungkin orang dewasa sekali pun tidak pernah berfikir sampai
sesederhana itu.. karena mungkin memang pikiran orang dewasa sudah rumit..
hehe..
Ikhlas.. Senyum..
Pengertian Ikhlas yang pernah aku terima selama beberapa
tahun ini adalah sebuah sikap menerima, tanpa mengungkit-ungkit apa yang sudah
dilakukan oleh diri sendiri. Menyerahkan segala sesuatu pada Allah, tanpa
protes. Tak mengeluh pada setiap keadaan. Tapi ternyata... aku lupa tentang
indikator ikhlas itu seperti apa..
Dan.. yak.. aku menemukannya dan aku cukup mengerti dengan
penjelasan sederhana itu. Saat kita bisa menerima sesuatu atau suatu keadaan,
kita bisa memperlihatkannya dengan tersenyum. Senyum itu membuktikan bahwa kita
bisa menerima, bisa ikhlas. Ya walaupun kalau menurut orang dewasa senyum itu
bisa dimanipulasi. Tapi seseorang yang melihat senyuman kita itu terkadang bisa
melihat.. mana senyuman seseorang yang ikhlas dan tulus, dan mana senyuman yang
memiliki banyak arti... setidaknya dengan memberikan senyum kepada orang lain..
kita bisa mendapatkan pahala sedekah yang paling ringan dari Allah.. :)
Hhh..terimakasih guru kecilku.. pikiranmu yang sederhana dan
tak rumit terkadang malah membuatku menjadi lebih mengerti akan sebuah makna
yang lebih besar..
nice share :)
BalasHapus