Rabu, 12 Juni 2013

Sang Pendidik yang Tak Bangkit - Catatan #12062013


Bismillah...
Catatan ini ku buat untuk kalian para guru atau penggiat pendidikan atau non penggiat pendidikan sekalipun. Sebagai penyemangat untuk berlomba dalam kebaikan.
12 Juni 2013..
"Belajar dari Ibu Een", sebuah acara televisi yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta. Karena beliau seseorang yang sangat menginspirasi, maka catatan ini ku buat dan ku bagikan.

Een Sukaesih namanya. Seorang wanita berusia kurang lebih 50 tahunan. Berasal dari Sumedang. Seorang sarjana pendidikan bidang bimbingan dan konseling dari salah satu perguruan tinggi di Bandung. Seorang penderita penyakit Rheumatoid Arthritis. Menjadi lumpuh sejak 30 tahun lalu setelah terserang penyakit tersebut. Penyakit ini diderita oleh beliau semenjak duduk di bangku perkuliahan. Alhamdulillah Allah masih memberikannya kesempatan untuk meraih gelar sarjana dan sempat mengabdi di salah satu SMA di Cirebon sebagai guru. Baru 2 minggu beliau bertugas, akhirnya beliau harus kembali lagi ke daerah asalnya jarena penyakitnya yang semakin parah dan pada akhirnya menyebabkan beliau lumpuh total mulai dari leher hingga kakinya. Bagian tubuh yang masih berfungsi saat ini hanyalah panca indera yang ada di daerah kepala saja. Sekali tubuhnya bergeser 1 senti saja dari tempatnya semula, maka beliau harus merasakan sakit dan nyilu disekujur tubuhnya. Tidak hanya 1 penyakit, Allah pun mengujinya dengan penyakit lainnya yaitu gangguan pencernaan yang karenanya tubuhnya menjadi kurus, serta mata sebelah kirinya yang mulai terancam buta.

Een Sukaesih namanya. Seorang penderita Rheumatoid Arthritis. Seorang penggiat pendidikan yang hanya bermodalkan gerakan kepala, lirikan mata, ucapan lisannya, memori di otaknya, dan KASIH SAYANG yang ada di dirinya tanpa bangkit sedikit pun dari tempat tidur dan kamarnya. Meskipun begitu, setiap hari banyak murid yang selalu berkunjung ke rumahnya yang kecil. Seperti bimbingan belajar sepulang sekolah, mulai dari murid SD hingga SMA. Sekali lagi, dengan hanya bermodalkan gerakan kepala, lirikan mata, ucapan lisannya, memori di otaknya, dan KASIH SAYANG yang ada di dirinya...

Een Sukaesih namanya. Seseorang yang tidak pernah berhenti belajar dan mengajarkan ilmu. Belajar dari pengalaman para muridnya dan mengajarkan kembali ilmu apa saja yang dia bisa. Memotivasi para muridnya, sehingga salah satu diantara mereka ada yang bisa merasakan belajar di perguruan tinggi juga walaupun fisiknya juga terbatas karena terkena penyakit kekerdilan.

Sampailah di satu waktu beliau memberikan sebuah kuliah umum di almamaternya dahulu.
Inilah sedikit ringkasan yang kudapat dari kuliah umumnya yang ditayangkan di stasiun televisi tersebut:

Pengalaman adalah sebuah pelajaran dan guru yang paling berharga. Dengan pengalaman semua orang pastinya akan melalui yang namanya sebuah proses kehidupan. Ada yang menyenangkan dan ada yang pahit. Karena itulah lahir sebuah pengalaman dan sebuah pembelajaran. Belajar bagaimana caranya bisa mengatasi masalah yang terjadi dari pengalaman tersebut.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan ketika kita mendapat masalah yang menurut kita sangat sulit. Pertama, hendaknya kita semakin memperkuat keimanan kita kepada Sang Maha Pencipta. Maka kita tidak akan merasa lebih terpuruk karena Allah yang dapat menolong kita. Kedua, hendaknya kita selalu berprasangka baik terhadap Allah atas apa yang kita alami.  
''Fainnama'al 'usri yusro.. innama'al 'usri yusro, Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan... sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan'' QS Al-Insyirah : 5-6
''Wa laa taiasuu min rauhillah... Dan janganlah kamu berpaling dari rahmat Allah''
Ketiga, janganlah berputus asa.

Satu catatan lagi yang menurutku penting dari yang beliau sampaikan pada kuliah umum itu. Pendidikan berbasis Kasih Sayang. Wajar jika beliau mengatakan hal tersebut, karena jika dilihat dari anak-anak yang beliau bimbing, mereka adalah dari golongan menengah ke bawah dan tidak semuanya mendapat juara kelas. Tetapi beliau sangat berharap bahwa kelak anak didiknya dapat merasakan terus yang namanya pendidikan. Dan dengan bermodalkan kasih sayang tersebut, beliau juga berharap dapat terus memotivasi mereka untuk dapat menggapai impian mereka.

Saat menonton acara ini, hhhh.... rasanya malu diri ini dan iri terhadap beliau.
Beliau yang memiliki keterbatasan, tetapi semangatnya sangatlah tinggi dalam mendidik. Sedangkan aku, yang memiliki keadaan normal belum bisa berbuat banyak untuk membantu pendidikan yang ada disekitarku. Bagaimana dengan mu???
Semoga Allah selalu merahmati beliau.. Aamiiin ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar