Senin, 22 Juli 2013

Belajar dari AUTISME - part 1

Kalau mendengar kata 'Autis' apa yang ada dipikiranmu??
Autis, orang yang senang menyendiri kah? orang yang senang melamun kah? orang yang senang melakukan pekerjaan sendiri kah? atau seperti fenomena sekarang-sekarang ini, dimana banyak orang mulai saat di rumah hingga di atas kendaraan umum sangat asik dengan gadget mereka? Autis kah mereka..?
Karena saya seorang guru, maka saya ingin memberikan sedikit informasi bermanfaat tentang Autisme ini..^^


AUTISME adalah suatu kelainan yang terjadi di wilayah otak manusia. Kelainan ini terjadi pada perkembangan saraf di otak yang dialami sejak lahir ataupun saat masih balita. Karakter yang menonjol dari individu yang mengalami kelainan ini adalah sulitnya mengalami interaksi sosial, berkomunikasi secara normal, dan sulit dalam memahami emosi dan perasaan orang lain. Gejala-gejala autisme dapat muncul pada anak mulai dari usia tiga puluh bulan sejak kelahiran hingga usia maksimal tiga tahun. Penderita autisme juga dapat mengalami masalah dalam belajar, komunikasi, dan bahasa. Seseorang dikatakan menderita autisme apabila mengalami satu atau lebih dari karakteristik berikut: kesulitan dalam berinteraksi sosial secara kualitatif, kesulitan dalam berkomunikasi secara kualitatif, menunjukkan perilaku yang repetitif (berulang), dan mengalami perkembangan yang terlambat atau tidak normal.

Anak dengan autisme dapat tampak normal pada tahun pertama maupun tahun kedua dalam kehidupannya. Para orang tua seringkali menyadari adanya keterlambatan kemampuan berbahasa dan cara-cara tertentu yang berbeda ketika bermain serta berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tersebut mungkin dapat menjadi sangat sensitif atau bahkan tidak responsif terhadap rangsangan-rangasangan dari kelima panca inderanya (pendengaran, sentuhan, penciuman, rasa dan penglihatan). Perilaku-perilaku repetitif atau berulang (mengepak-kepakan tangan atau jari, menggoyang-goyangkan badan dan mengulang-ulang kata) juga dapat ditemukan. Perilaku dapat menjadi agresif (baik kepada diri sendiri maupun orang lain) atau malah sangat pasif. Besar kemungkinan, perilaku-perilaku terdahulu yang dianggap normal mungkin menjadi gejala-gejala tambahan. Selain bermain yang berulang-ulang, minat yang terbatas dan hambatan bersosialisasi, beberapa hal lain yang juga selalu melekat pada para penyandang autisme adalah respon-respon yang tidak wajar terhadap informasi sensoris yang mereka terima, misalnya suara-suara bising, cahaya, permukaan atau tekstur dari suatu bahan tertentu, pilihan rasa tertentu pada makanan yang menjadi kesukaan mereka, dan gerakan dari benda-benda yang bergerak seperti kipas angin. Mungkin menurut individu tersebut, beberapa informasi sensoris itu sangatlah menarik perhatian.

Beberapa atau keseluruhan karakteristik yang disebutkan berikut ini dapat diamati pada para penyandang autisme beserta spektrumnya baik dengan kondisi yang teringan hingga terberat sekalipun.
  1. Hambatan dalam komunikasi, misal: berbicara dan memahami bahasa.
  2. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain atau obyek di sekitarnya serta menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi.
  3. Bermain dengan mainan atau benda-benda lain secara tidak wajar.
  4. Sulit menerima perubahan pada rutinitas dan lingkungan yang dikenali.
  5. Gerakkan tubuh yang berulang-ulang atau adanya pola-pola perilaku yang tertentu
Terlepas dari berbagai karakteristik di atas, terdapat arahan dan pedoman bagi para orang tua dan para praktisi untuk lebih waspasa dan peduli terhadap gejala-gejala yang terlihat. The National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) di AS menyebutkan 5 jenis perilaku yang harus diwaspadai dan perlunya evaluasi lebih lanjut :
  1. Anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan
  2. Anak tidak memperlihatkan kemampuan gestural atau gerak tubuh seperti menunjuk, dada, menggenggam hingga usia 12 bulan
  3. Anak tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan
  4. Anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24 bulan
  5. Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia tertentu
Adanya kelima ‘lampu merah’ di atas tidak berarti bahwa anak tersebut menyandang autisme tetapi karena karakteristik gangguan autisme yang sangat beragam maka seorang anak harus mendapatkan evaluasi secara multidisipliner yang dapat meliputi; Neurolog, Psikolog, Pediatrik, Terapi Wicara, Paedagog dan profesi lainnya yang memahami persoalan autisme.
Bagi orang tua memperahatikan perkembangan dan tingkah laku anak adalah hal yang sangat penting. Supaya ketika sang anak memiliki kelainan seperti ini bisa cepat terdeteksi secara dini dan tidak terlambat dalam penanganannya. Apalgi di zaman yang serba canggih seperti sekarang ini. Zaman menjamurnya gadget. Saya perhatikan anak-anak menjadi lebih sibuk bermain dengan gadgetnya ketimbang bermain tradisional yang lebih banyak bersinggungan dengan interaksi sosial dan gerak tubuh yang dapat menyehatkan mereka. So, mari belajar menjadi orang tua atau calon orang tua yang baik...^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar