Rabu, 18 Februari 2015

IKHLAS... SENYUM... :)



Sudah hampir dua tahun aku berada disini. Di satu tempat yang mungkin bisa dibilang cukup aneh, kotor, becek, dan terlalu banyak tanamannya. Bahkan ada banyak sekali binatang, baik kecil maupun sedang, yang sering berkeliaran. Di satu tempat yang ada banyak orang dengan berbagai karakter. Dewasa dan anak-anak. Dan aku berada di dalamnya. Ya.. kusebut tempat itu sebagai rumah kedua.. Jingga.. Sekolah Alam Jingga..

Sekali lagi.. tak terasa sudah hampir dua tahun aku berada disini bersama mereka. Bersama para tim pendidik dan bersama anak-anak hebat. Ya.. anak-anak hebat. Anak-anak yang sebelumnya tak pernah ku temui. Tak pernah mengenal mereka darimana, siapa mereka, dari keluarga mana, bagaimana tingkah lakunya... dan banyak dan lainnya lagi... bahkan ada banyak hikmah yang didapat bersama mereka, anak-anak hebat, daripada bersama tim pendidik.. :)

Satu moment yang sampai saat ini tak pernah ku lupa.. satu moment yang berharga.. yaitu saat bertemu mereka di pagi hari. Bertemu di awal waktu kedatangan mereka di sekolah. Baru saja aku sampai di depan sekolah untuk parkir kendaran pribadiku si hijau, mereka sudah menyapa.. “Bu daniiiiiiisssss...”.. it’s amazing feelling.. Seketika itu juga permasalahan yang menggelayut selama di rumah pertama dan selama perjalanan menuju sekolah menjadi hilang.

Satu waktu, di moment berharga itu, ada seorang anak yang memberikan sebuah cerita kepadaku. Bukan cerita sebenarnya, tapi dia mengadu kepadaku tentang sikap temannya, si X. Saat itu, aku baru saja tiba di kelas. Aku mengambil penghapus untuk menghapus tulisan di papan tulis. Tiba-tiba saja ada seorang anak perempuan berperawakan gemuk dan seorang temannya mendekatiku dan menarik bajuku.

“Bu... Bu danis..” panggil ila sambil cemberut dan menggandeng temannya
“Ya ila.. kenapa?” tanyaku
“Bu masa’ ya tadi aku minta maaf sama dia.. tapi dianya ga mau maafin bu..” ungkap ila sambil menunjuk si X.
“Nggak bu... aku udah maafin kok..” sanggah si X sambil mendekatiku
Saat itu aku masih mendengarkan aduan mereka dn menghentikan aktifitasku menghapus tulisan di papan tulis. Agak bingung aku menatap mereka satu per satu, sambil memahami kalimat aduan mereka.
“Nah ila.. itu si X udah maafin katanya..” komentarku
“Nggak bu.. belum” kata ila
“Loh.. darimana kamu tau kalo X belum maafin kamu? Tadi kan dia sudah bilang kalo dia maafin kamu..” kataku lagi sambil mengernyitkan dahi dan penasaran menunggu jawaban ila.
“Dia belum maafin bu, belum ikhlas.. itu buktinya dia masih cemberut. Pas aku minta maaf dia nggak senyum..” jelas ila.

Deg.. aku kaget saat itu juga..
Masyaa Allah.. aku benar-benar tidak menyangka kalimat itu keluar dari mulut seorang anak berumur tujuh tahun. Anak yang masih duduk di kelas 1 SD bisa mentakan hal itu. itu adalah penjelasan sederhana. Ya.. sangat sederhana. Bahkan mungkin orang dewasa sekali pun tidak pernah berfikir sampai sesederhana itu.. karena mungkin memang pikiran orang dewasa sudah rumit.. hehe..

Ikhlas.. Senyum..

Pengertian Ikhlas yang pernah aku terima selama beberapa tahun ini adalah sebuah sikap menerima, tanpa mengungkit-ungkit apa yang sudah dilakukan oleh diri sendiri. Menyerahkan segala sesuatu pada Allah, tanpa protes. Tak mengeluh pada setiap keadaan. Tapi ternyata... aku lupa tentang indikator ikhlas itu seperti apa..

Dan.. yak.. aku menemukannya dan aku cukup mengerti dengan penjelasan sederhana itu. Saat kita bisa menerima sesuatu atau suatu keadaan, kita bisa memperlihatkannya dengan tersenyum. Senyum itu membuktikan bahwa kita bisa menerima, bisa ikhlas. Ya walaupun kalau menurut orang dewasa senyum itu bisa dimanipulasi. Tapi seseorang yang melihat senyuman kita itu terkadang bisa melihat.. mana senyuman seseorang yang ikhlas dan tulus, dan mana senyuman yang memiliki banyak arti... setidaknya dengan memberikan senyum kepada orang lain.. kita bisa mendapatkan pahala sedekah yang paling ringan dari Allah.. :)

Hhh..terimakasih guru kecilku.. pikiranmu yang sederhana dan tak rumit terkadang malah membuatku menjadi lebih mengerti akan sebuah makna yang lebih besar..

1 komentar: